Powered by Blogger.
  • Home
  • About BCI
  • About Bipolar
    • Apa Itu Bipolar
    • Referensi
    • Articles
  • Events
  • Gallery
  • Join Us
facebook instagram

Bipolar Care Indonesia

 



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 


Tahukah kamu ada satu keterampilan yang akan membuatmu disukai banyak orang? Mungkin terdengar klise karena tidak semua orang akan menyukai kita. Tapi, dengan keterampilan ini, kamu akan menciptakan suasana yang bisa membuat orang lain nyaman dan betah berada didekatmu. Inilah dia keterampilan active listening!

Active listening atau sebuah proses mendengarkan aktif adalah salah satu soft skill wajib yang kamu harus pelajari. Tidak hanya untuk dunia sosial, keterampilan ini akan sangat bermanfaat juga dalam dunia profesional. Seorang interviewer akan dengan cepat mengetahui seseorang dengan tingkat kecerdasan emosional tinggi jika memiliki keterampilan active listening. Tentu saja, hal ini akan sangat berguna bagi tangga karir kamu kedepannya!

Maka dari itu, simak lebih lanjut tentang keterampilan active listening yuk!

Pentingnya Belajar Active Listening


Active listening (internal link) adalah sebuah proses mengolah informasi yang didapatkan dari seseorang atau kelompok. Dalam melakukan keterampilan ini, seorang pendengar aktif tidak hanya fokus dalam mendengarkan apa yang disampaikan, melainkan juga pada apa yang ditampilkan oleh lawan bicara. Hal ini dinamakan dengan gesture. Beberapa jenis gesture diantaranya seperti gerakan anggota tubuh, mimik wajah, dan intonasi suara.

Di bawah ini adalah hal wajib yang masuk dalam keterampilan active listening diantaranya:

  • Memberikan perhatian penuh;
  • Tidak menginterupsi seorang yang berbicara;
  • Menunjukkan kepercayaan;
  • Memberikan respon verbal dan non verbal;
  • Tidak melakukan judgemental.
Selain dari itu, pentingnya mempelajari active listening adalah karena keterampilan ini dapat menunjukkan tingkat kecerdasan emosional seseorang. Kecerdasan emosional atau biasa disebut Emotional Quotient diartikan sebagai “Kapasitas untuk mengenali perasaan sendiri dan orang lain, mampu memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengelola emosi dengan baik dalam diri dan dalam hubungan dengan orang lain” (Daniel Goleman).

Beberapa ciri seseorang dengan tingkat kecerdasan emosional tinggi diantaranya:

  • Mampu mengenali perasaan diri sendiri;
  • Mampu membaca perasaan orang lain;
  • Mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri;
  • Tidak mudah baper (baca: tersinggung);
  • Cenderung menjadi pendengar yang baik;
  • Berpikiran secara terbuka dan mampu menerima pendapat orang lain;
  • Tidak malu untuk minta maaf duluan.

5 Cara Meningkatkan Keterampilan Active Listening


Bagi kebanyakan orang, tidak mudah menerapkan keterampilan ini ditengah kesibukan. Menjadi pendengar aktif memiliki arti bahwa kamu harus memberikan waktu secara penuh kepada lawan bicara. Hal inilah yang menjadi salah satu konsekuensinya. Kamu dituntut untuk menjauhkan diri dari segala bentuk distraksi. Namun di samping itu, menjadi seorang active listening punya banyak manfaat untuk dirimu sendiri.

Inilah beberapa cara untuk meningkatkan keterampilan active listening kamu!

1. Tingkatkan Empati Pada Orang Lain

Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain dan merasakan apa yang sedang mereka rasakan. Sikap ini melahirkan rasa memahami perasaan, pikiran, dan pengalaman hidup yang dialami seseorang. Berbeda dengan simpati, empati menjadikan seseorang lebih peka terhadap situasi dan keadaan yang sedang terjadi.

Sikap empati tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan dengan cara terus dilatih. Beberapa cara yang dapat dilakukan seperti lebih banyak mendengarkan orang lain, sensitif terhadap perasaan orang lain, peka terhadap apa yang sedang dibutuhkan, dan tidak segan mencoba memahami suatu kondisi dari berbagai sudut pandang.

Dengan empati, kamu tidak perlu banyak bicara untuk menunjukkan pada seseorang bahwa kamu peduli padanya. Orang lain akan secara otomatis merasa nyaman saat berada disekitarmu.

2. Bersungguh-sungguh Dalam Menolong

Dalam keterampilan active listening, kamu perlu memberikan seluruh perhatian pada lawan bicara. Seseorang akan merasa dihargai dan diberikan kebebasan berbicara ketika dirinya tidak disela atau pembicaraannya dipotong. Disamping itu, kamu juga harus menerapkan segala teknik active listening yang baik. Beberapa teknik tersebut diantaranya seperti:

  • Tidak melakukan judgemental
  • Memberikan respon sesuai dengan kebutuhan lawan bicara
  • Menunjukkan kepercayaan
3. Tingkatkan Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu yang tinggi memudahkan kamu belajar banyak hal! Dari mendengarkan cerita orang lain, kamu bisa mendapatkan pelajaran hidup yang bahkan tidak perlu kamu alami sendiri. Berbicara aktif dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang menjadikan kamu kaya akan pengetahuan. Hal ini pun dapat meningkatkan value dalam diri kamu sendiri.

Ketika menjadi seorang active listener, kamu sejatinya tidak hanya memberikan manfaat bagi lawan bicara. Maka dari itu, tidak ada ruginya bagi kamu untuk terus menjadi seorang pendengar bagi orang lain.

4. Tingkatkan Rasa Percaya Diri

Satu hal yang penting ketika menjadi seorang active listener adalah kamu harus memiliki rasa percaya diri. Kamu harus bisa menunjukkan bahwa dirimu bisa membantu orang lain meski hanya sebatas mendengarkan tanpa memberikan solusi utama.

Uniknya, kebiasaan dan budaya masyarakat Indonesia yang ramah dan santun tidak serta merta membentuk orang-orang didalamnya dapat berbicara secara mendalam dengan orang lain (Deep talk). Maka dari itu, kamu perlu memiliki kamus pribadi yang berisikan kalimat-kalimat positif sebagai bahan untuk merespon lawan bicara.

Beberapa contoh kalimat positif yang bisa kamu gunakan:

  • Kamu sudah berjuang sejauh ini, kamu hebat banget!
  • Aku ikut sedih dengan apa yang kamu rasakan, butuh pelukan?
  • Terima kasih sudah memilih aku untuk berbagi cerita, ada hal lain lagi yang bisa aku bantu?
5. Berusaha Tetap Fokus dan Berikan Respon

Untuk meningkatkan keterampilan active listening, kamu perlu memberitahukan lawan bicara bahwa kamu mendengarkan apa yang mereka sampaikan. Beberapa hal sederhana seperti anggukan kepala, senyum atau jenis mimik wajah lainnya, dapat menunjukkan kamu fokus dan mengerti apa yang sedang disampaikan.


Artikel oleh Baiq Ramdyanti
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Active listening adalah satu keterampilan utama dalam komunikasi yang berkaitan dengan dunia sosial. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai aktif mendengarkan, dan pelakunya disebut sebagai active listener. Keterampilan active listening bukan hanya tentang mendengarkan, melainkan sebuah proses memahami dan memaknai apa yang sedang disampaikan dibalik kata-kata yang digunakan.

Active listening sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan keterampilan ini, kamu dapat menjaga hubungan tetap intim dengan orang sekitar dalam makna positif. Selain itu lawan bicara akan senantiasa merasa didengarkan juga dihargai. Menjadi seorang pendengar aktif dapat berguna dalam segala lingkungan. Contoh kegunaannya adalah dalam lingkungan profesional, hubungan romansa, dan dunia sosial. Psikolog adalah salah satu profesi yang menuntut seseorang menerapkan teknik-teknik dalam keterampilan ini.

Generasi Z atau rentang kelahiran 1997-2012 adalah kaum yang paling terpapar teknologi modern. Oleh karena itu, paparan tersebut menyebabkan kebiasaan hidup kurang sehat seperti sibuk dengan gadged hingga sikap apatis pada lingkungan sekitar. Stigma tidak acuh atau apatis ini dapat kamu hapuskan dengan mempelajari teknik dalam active listening.

Teknik dalam Active Listening


Komunikasi yang baik adalah kunci utama menjaga hubungan. Disamping itu, kedalaman hubungan dibentuk dengan cara menghargai satu sama lain. Kamu perlu menggarisbawahi kata active, karena hal ini menuntut partisipasi dalam proses komunikasi. Ini dia beberapa teknik yang dapat menunjang keterampilan active listening kamu!

1. Berikan Perhatian Penuh

Menjadi active listening memberikan arti bahwa kamu hadir dan memberikan perhatian pada apa yang diucapkan dan ditunjukkan oleh lawan bicara. Hal ini termasuk bahasa verbal dan non verbal. Beberapa contoh bahasa non verbal adalah intonasi, gestur, dan mimik wajah.

Sebuah data menunjukkan, hanya 7% saja pesan tersampaikan melalui verbal, sisanya yaitu 93% adalah penggunaan bahasa non verbal. Jika kamu cerdas menangkap setiap bahasa non verbal yang ada, maka kamu dapat memaknai pembicaraan lebih dalam dan mengantarkan pada respon yang lebih bijak.

Ketika kamu memutuskan menjadi pendengar bagi orang lain, itu artinya kamu mengesampingkan segala hal diluar pembicaraan tersebut. Jadi, wajib bagi kamu untuk menjauhkan diri dari segala bentuk distraksi. Kamu bisa senyapkan telfon genggam, memastikan diri siap, atau menghilangkan jenis gangguan lainnya. Jika dalam proses active listening ini kamu memiliki sesuatu yang darurat untuk dikerjakan, maka akan lebih sopan apabila meminta izin terlebih dahulu. Pastikan bahwa kedua belah pihak nyaman.

2. Menghindari Judgemental

Setiap orang ingin dihargai, dihormati, dan didengarkan. Masalah yang dihadapi seseorang bisa jadi bertolak belakang maknanya dengan yang dimiliki oleh orang lain. Setiap orang memiliki sudut pandang dan pengalaman hidup masing-masing.

Sebagai contoh, dipecat dari pekerjaan bisa membuat seseorang menjadi stres dan putus asa, sehingga berat badannya turun drastis. Namun, berbeda dengan yang lain, dipecat dari pekerjaan bisa jadi membuatnya gembira dan bersorak karena pekerjaan tersebut punya beban kerja yang begitu berat.

Individualisasi adalah salah satu kunci utama agar seseorang tidak melakukan judgemental. Individualisasi artinya melihat seseorang secara spesifik, tidak sama dengan orang lain. Dalam active listening kamu harus mencoba memahami suatu isu dari sudut pandang lawan bicara. Ada beberapa tips agar terhindari dari judgemental:

  • Bersikap terbuka pada setiap kemungkinan, tidak bermudah-mudahan menganggap seseorang berlebihan atau over reacting
  • Menunjukkan empati pada masalah yang dihadapi lawan bicara
  • Tingkatkan kualitas dan kuantitas komunikasi dengan orang yang berbeda-beda
  • Sadari jika terdapat pikiran melakukan judge kepada orang lain, lalu hilangkan segera pikiran tersebut
3. Tunjukkan Kepercayaan

Jika seseorang mendatangi kamu untuk menceritakan masalah yang ia miliki, sepatutnya kamu bahagia karena itu. Tidak mudah bagi seseorang berbagi cerita kepada orang lain. Terlebih pada isu kesehatan mental, survivor akan lebih memilih untuk memendam ceritanya sendiri ketimbang berbagi. Tunjukkan bahwa kamu adalah pribadi yang tidak akan menyebarkan masalah mereka, atau menjelek-jelekkan mereka di belakang.

Kepercayaan adalah modal bagi seorang active listener. Cukup dengan tutup mulut dan menjaga rahasia orang lain, maka orang-orang disekitar akan merasa lebih nyaman padamu.

4. Respon dengan Verbal dan Sentuhan (Touching)

Memberikan respon kepada lawan bicara menandakan kamu sedang menerapkan active listening. Dengan merespon, menunjukkan bahwa kamu memahami apa yang sedang dibicarakan, menangkap inti masalah, hingga memvalidasi perasaan lawan bicara. Hal ini dapat meminimalisir terjadi kesalahan pemahaman atau miss communication.

Salah satu cara dalam memberikan respon adalah dengan bercermin. Bercermin adalah mengulang perkataan lawan bicara dengan cara memparafrase. Sederhananya dengan menyampaikan inti bahasan menggunakan gaya dan tata bahasa yang mirip. Sebagai tambahan, kamu juga bisa merespon dengan cara melakukan konfirmasi terhadap satu informasi.

Disamping itu, respon dapat disampaikan dengan cara sentuhan atau touching. Perlu diperhatikan bahwa sentuhan tangan, tepukan lembut pada pundak, hingga pelukan hangat memiliki makna mendalam bagi seseorang yang sedang mengalami masalah berat. Sentuhan atau touching bisa memberikan efek yang lebih besar dibandingkan dengan respon verbal.

Respon lain juga dapat berupa:

  • Ekspresi terkejut, kesal, sedih, bahagia, haru, dan lain-lain;
  • Dahi yang mengernyit;
  • Bola mata menghadap kiri, kanan, bawah, atau atas;
  • Anggukan kepada;
  • Mulut yang bergerak tanpa bersuara.
5. Tidak Terburu-buru Memberikan Solusi

Bersabar atau tidak terburu-buru memberikan solusi, adalah salah satu teknik utama dalam active listening. Dengan bersabar dan menahan diri, kamu memberikan keluangan bicara bagi orang lain tanpa khawatir diinterupsi.

Selain itu, bersabar juga memberikan waktu bagi dirimu untuk memproses informasi yang masuk. Dengan informasi yang cukup, kamu dapat memberikan respon yang sesuai dengan kebutuhan. Kamu juga perlu memperhatikan apa yang sedang dibutuhkan oleh lawan bicara. Terkadang, seseorang menceritakan masalah yang dihadapinya hanya sekadar ingin mengeluarkan emosi negatif. Namun, tidak jarang juga seseorang membutuhkan nasihat agar dapat menyelesaikan masalah tersebut. Kamu harus pintar dalam menempatkan diri.

Langkah-langkah Meningkatkan Keterampilan Active Listening


Tidak mudah menerapkan active lsitening dalam kehidupan, karena hal ini menuntut kesabaran dan empati pada orang lain. Selain itu, setiap orang memiliki kesibukan masing-masing. Peran perkembangan teknologi dengan porsi yang besar, juga menjadikan sikap apatis bermunculan dan biasa terjadi.

Jika kamu ingin mengambil langkah besar dalam menerapkan active listening, maka inilah beberapa langkah yang dapat kamu lakukan:

1. Tingkatkan Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu yang tinggi menjadikan kamu lebih mudah untuk mempelajari sesuatu. Satu hal yang luput dari pandangan ketika menerapkan teknik active listening adalah, kamu dapat belajar banyak dari orang lain! Siapa sangka mengobrol dengan lansia secara rutin dapat menjadikan kamu lebih tangguh dari orang-orang di sekitarmu? Faktanya, seorang lanjut usia sudah lebih dahulu dan lebih lama hidup dibandingkan kamu sehingga ia memiliki pengalaman yang lebih banyak. Kamu dapat mengambil pelajaran hanya dengan menjadi pendengar bagi mereka.

Ketika seseorang terjatuh dalam sebuah masalah, maka kamu tidak perlu terperosok dalam lubang yang sama untuk bisa mengambil pelajaran hidup, bukan?

2. Temukan Bahasan yang Membuat Kamu dan Lawan Bicara Nyaman

Memiliki bahasan yang sama dengan lawan bicara akan membantu kamu tetap terhubung dengannya selama berkomunikasi. Dengan kesamaan topik yang membuat nyaman ini, akan memudahkan kedua belah pihak untuk menghubungkan topik tsb dengan pengalaman masa lalu maupun insight yang pernah didapatkan, sehingga kamu akan lupa ternyata waktu berlalu begitu cepat.

3. Praktek Semua Teknik Dalam Active Listening

Sudah menjadi rahasia umum jika kamu ingin didengarkan orang lain, maka kamu sendiri harus menjadi pendengar yang baik terlebih dahulu. Jangan lupa bahwa dalam proses komunikasi, kamu akan mendapatkan banyak manfaat. Hal ini menjadi bekal sehingga ketika bertemu dengan orang yang banyak bicara, kamu tidak akan terkesan dongkol atau kesal. Menjadi seorang pendengar aktif, kamu butuh banyak latihan dan bersabar.


Artikel oleh Baiq Ramdyanti
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 


Di dalam diri manusia terdapat emosi yang banyak jenisnya. Seseorang bisa jadi menangis untuk mengekspresikan rasa sedih, terlalu bahagia, ketakutan,tertekan, dan lainnya.

Uniknya dari menangis, kamu jadi dapat mengidentifikasi ternyata air mata terbagi menjadi 3 kategori, yaitu reflex tears atau air mata yang keluar ketika terkena debu atau kotoran yang masuk ke dalam mata, sehingga dengan bantuan air mata kotoran tersebut dapat keluar dengan mudah. Kedua adalah continous tears atau disebut juga air mata basal yang berfungsi untuk terus melembabkan, menutrisi dan menjaga mata agar terindar dari infeksi. Ketiga adalah emotional tears atau air mata emosional yang berkaitan dengan perasaan sedih atau senang.

Banyak orang berpikir bahwa menangis menandakan kelemahan, terlebih bagi kaum pria. Sebuah studi di Amerika menunjukkan data bahwa rata-rata wanita menangis sebanyak 3.5 kali dalam satu bulan, sedangkan laki-laki hanya sekitar 1.9 kali. Pernahkan kamu merasa lebih tenang setelah mengekspresikan diri? Itulah dia salah satu manfaat menangis, simak lebih dalam yuk!

  1. Membantu Lebih Tenang

Menangis mungkin bisa jadi salah satu coping mekanisme diri ketika kamu menghadapi sebuah masalah besar. Sekali lagi, kamu bukan orang cengeng hanya gara-gara menangis. Penelitian membuktikan bahwa manfaat menangis adalah dapat mengaktifkan parasympathetic nervous systems atau sistem saraf parasimpasis (PNS) yang memperlambat detak jantung sehingga membuat tubuhmu lega. Tidak butuh waktu lama, kamu akan merasa lebih baik dari sebelumnya.

  1. Mengurangi Stres

Dalam salah satu penelitian mengungkapkan bahwa manfaat menangis adalah merangsang produksi hormon endorfin, yaitu jenis hormon yang mampu membuat kamu jadi merasa lebih baik, mengurangi stres dan tekanan. Selain itu, dengan menangis dapat menekan produksi hormon kortisol yaitu jenis hormon yang berkaitan dengan stres dalam tubuh.

  1. Mendapat Dukungan

Ketika kamu merasa sedih yang mendalam atau berkabung, tidak mengapa jika orang-orang-orang disekitarmu mengetahuinya, karena dengan begitu mereka dapat memberikan respon yang tepat yaitu memberikan dukungan kepadamu. Ketika kamu bayi, menangis adalah salah satu cara mendapatkan bantuan dari orang lain seperti makan atau popok baru. Maka ketika kamu dewasa, menangis juga dapat membantumu memperoleh bantuan orang lain. Orang-orang disekitarmu tidak seapatis itu. Mereka peduli kepadamu.

  1. Mengembalikan Keseimbangan Emosional

Menangis bukan hanya untuk sesuatu yang menyedihkan. Terkadang manusia menangis dalam berbagai situasi seperti bahagia yang berlebih, ketakutan, dan stres. Penelitian di Yale University menunjukkan bahwa dengan menangis dapat membantu mengembalikan keseimbangan emosional. Hal ini adalah cara tubuh untuk memulihkan diri dari pengalaman emosional yang luar biasa.

Banyak orang takut untuk menangis atau khawatir ketika orang lain mengetahuinya. Salah satu alasannya adalah karena stigma bahwa hal ini menunjukkan kelemahan dan ketidakberdayaan seseorang. Namun nyatanya, ada berbagai macam menfaat menangis yang dapat kamu rasakan lho! Jadi kamu dapat memikirkan ulang untuk berbuat baik pada dirimu sendiri yaitu dengan mengekspresikan diri.

oleh: Baiq Ramdyanti

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Saat kita mengalami situasi sulit, banyak cara yang kita lakukan untuk menghadapinya. Ada cara yang sehat, namun ada cara yang justru menimbulkan masalah baru. Berbagai cara ini dikenal dengan istilah mekanisme coping.

Penting bagi kita untuk mengembangkan mekanisme coping yang sehat. Dengan tujuan untuk mentoleransi, meminimalisir, dan menghadapi situasi sulit dalam hidup. Mengelola stres dengan baik dapat memperbaiki kondisi fisik dan psikologis, yang pada akhirnya membantu kita dalam menyelesaikan masalah.

Coping yang sehat dibagi menjadi coping yang befokus pada kondisi emosional (emotional-focused) dan yang berfokus pada penyelesaian masalah (problem-focused).

Emotional-Focused Coping dapat membantu disaat kita perlu memperbaiki perasaan dan emosi kita sebagai prioritas, baik itu saat kita belum ingin atau tidak bisa merubah hal yang terjadi.

Problem-Focused Coping dapat membantu kita saat perlu mengubah situasi, seperti mengurangi pemicu stres dalam hidup.

Contohnya, saat kita memiliki konflik dengan atasan di tempat kerja, kita bisa menggunakan Problem-Focused Coping dengan membicarakan masalah yang terjadi baik-baik bersama atasan. Sedangkan Emotional-Focused Coping bisa kita jalani juga misalnya dengan menenangkan diri, mendengarkan lagu, relaksasi, dsb sehingga perasaan kita membaik dan bisa berpikir dengan lebih jernih.

Cara Emotional-Focused Coping yang sehat antara lain:

1. Menjaga diri dengan melakukan self-care.
2. Lakukan hobi.
3. Olahraga.
4. Relaksasi dan meditas.
5. Menerapkan mindfulness.
6. Mendengarkan musik.
7. Menulis jurnal.

Cara Problem-Focused Coping yang sehat antara lain:

1. Mencari dukungan.
2. Membuat to-do list.
3. Menyusun strategi penyelesaian masalah.
4. Membangun batasan yang sehat.
5. Menghindari pemicu jika memang itu yang terbaik.
6. Melatih manajemen waktu.
7. Mengkomunikasikan masalah dengan asertif.

Apapun cara yang akan kita terapkan, jangan menghindar dari masalah, tetap selesaikan masalah tersebut menggunakan metode yang sekiranya tepat sesuai situasi, agar tidak menimbulkan masalah baru.


Oleh: Vindy Ariella
Referensi: https://www.verywellmind.com/forty-healthy-coping-skills-4586742
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 


Kikis Stigma Melalui Edukasi Kesehatan Mental

Gangguan mental berkontribusi sekitar 23 persen terhadap beban kesehatan mental dunia. Tingginya angka prevalensi gangguan mental berdampak kepada beban sosial dan ekonomi, terlebih hanya sekitar 10 persen yang mendapatkan penanganan professional. Masalah serius lainnya terkait gangguan mental adalah kentalnya stigma terhadap para penyintas.

Berdasarkan artikel analisis dari Fakultas Psikologi UGM berjudul “Literasi Kesehatan Mental dan Sikap Komunitas sebagai Prediktor Pencarian Pertolongan Formal” dikemukakan, gangguan mental merupakan salah satu tantangan kesehatan global yang memiliki dampak signifikan lantaran prevalensi yang tinggi serta penderitaan hebat yang ditanggung oleh individu penyintas, keluarga, komunitas, bahkan negara.

World Health Organization (WHO) menyatakan, pada 1990, gangguan mental dan neurologis berkontribusi sebesar 10 persen dari total Disability Adjusted Life Years (tahun yang dihabiskan seseorang dalam kondisi disabilitas), lantas pada 2000 menjadi 12 persen dan perkirakan meningkat hingga 15 persen pada 2020.

Sementara itu, mengacu kepada Riset Kesehatan Dasar, prevalensi gangguan jiwa berat nasional sekitar 1,7 per mil, artinya 1 – 2 orang dari 1.000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Angka bunuh diri di Indonesia juga terus meningkat hingga sempat mencapai 1,6 – 1,8 tiap 100.000 penduduk, kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja dan dewasa muda (15 – 24 tahun).

Adapun, stigma terhadap penyintas kesehatan mental merupakan perkara yang semakin memperkeruh kondisi di lapangan. Bahwa penggunaan layanan kesehatan mental kerap terhalang stigma kepada penyintas, ini datang baik dari diri individu sendiri maupun lingkungan sosial.

Stigma adalah persepsi negatif yang dikenakan kepada penyintas gangguan mental. Salah satu manifestasi stigma, yakni ketika penyintas gangguan mental justru dipasung dengan cara diisolasi dari masyarakat akibat rasa malu yang dirasakan internal keluarga.

Seluruh kondisi yang ada selayaknya menyadarkan berbagai pihak bahwa sudah saatnya penggunaan layanan kesehatan mental dibuat maksimal dengan cara mengedukasi agar masyarakat lebih sadar terhadap pentingnya mental health. Bahwa, mencari pertolongan profresional merupakan opsi yang wajar ditempuh bagi seseorang dengan gangguna mental, ini bukan kelemahan apalagi aib.

Salah satu faktor yang menghambat pencarian pertolongan formal terkait gangguan mental adalah rendahnya pengetahuan mengenai gangguan mental itu sendiri. Rendahnya pengetahuan ditunjukkan dari ketidakmampuan dalam identifikasi kesehatan mental yang dimiliki seseorang, atau konsepsi keliru mengenai gangguan mental sehingga orang cenderung mencari pertolongan informal.

Sudah saatnya kita menyadari dan mau mengakui pentingnya kesehatan diri secara holistik, termasuk di dalamnya adalah kesehatan mental. Kita juga perlu menyadari bahwa proses pemulihan memerlukan waktu, ini tak serupa garis lurus yang berjalan mulus.

Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental. Dan, Selamat Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2020. “Asking for help is a courageous step”

Oleh : Dinihari Suprapto
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
sumber gambar : kompas.com


Menjaga Kesehatan Mental saat Pandemi Covid-19
Oleh: dr. Eduardo Renaldo

 Virus Corona dan Covid-19 saat ini menjadi tema yang paling banyak di beritakan di seluruh dunia. Dalam situasi yang tidak menentu dan pemberitaan mengenai pandemi Covid-19 yang tidak kunjung mereda, setiap menit masyarakat selalu dihujani oleh berita dan informasi mengenai Covid-19, baik di televisi, media sosial, dan internet.

Tidak hanya itu, sejak diumumkan kasus poitif virus Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020 lalu, berbagai aspek kehidupan dari ekonomi, sosial, hingga kehidupan sehari-hari turut mengalami perubahan. Berbagai kebijakan dan strategi baru telah dikeluarkan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka mencegah dan memutus rantai penularan Covid-19 di masyarakat.

Mulai dari social distancing, karantina dan isolasi diri, beraktivitas di rumah, banyaknya instansi penyelenggara layanan publik yang membatasi pelayanan bahkan meniadakan pelayanan sementara, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), menjadi satu fenomena yang harus dilakukan.

Fenomena yang berubah dengan begitu cepat dengan waktu yang tidak dapat ditentukan lamanya menyebabkan pandemi virus corona tidak hanya mengancam kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental banyak orang seperti gangguan panik, cemas, dan depresi.

Terdapat sebuah survei berskala nasional pertama yang dilakukan di Cina mengenai distres psikologis dengan melibatkan sebanyak 52.730 responden dari 36 provinsi. Studi menunjukkan beberapa faktor yang berpengaruh pada terjadinya distres psikologis seperti gangguan panik, cemas dan depresi, yaitu:

- Jenis kelamin wanita lebih rentan mengalami stres dibandingkan pria dan     dapat mengalami 
  gangguan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
- Individu dengan usia 18-30 tahun atau diatas 60 tahun lebih rentan mengalmi stres, dimana usia 18-
  30 merupakan usia produktif seseorang dan banyak mendapatkan informasi dari sosial media 
  sehingga mudah memicu terjadinya stres. Sedangkan tingginya angka kematian pada pasien dengan
  usia diatas 60 tahun juga membuat kelompok usia ini lebih rentan mengalami stres.
- Tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga lebih rentan dalam mengalami  stres yang dikaitkan  
  dengan tingginya kesadaran pada kesehatan diri sendiri.
- Pekerja yang harus menggunakan transportasi publik dan pekerja yang khawatir dalam terjadinya 
  risiko pengurangan pendapatan atau pengurangan     jumlah pekerja membuat mereka lebih rentan 
  mengalami peningkatan stres psikologis.
- Masyarakat yang tinggal lebih dekat dengan daerah kasus tertinggi juga mempengaruhi terjadi nya 
  stres.

Beberapa hal lain yang dapat mempengaruhi distres psikologis antara lain dengan ketersediaan sumber daya kesehatan, tingkat pelayanan kesehatan publik yang efisien, dan kebijakan pemerintah dalam mengontrol serta mencegah situasi pandemik ini.

Merasakan cemas, sedih, stres, bingung, takut, dan marah adalah perasaan yang normal saat menghadapi krisis seperti ini. Perasaan ini akan memberikan respon pada tubuh untuk melakukan perlindungan dan memastikan keamanan. Reaksi emosi ini positif dan baik apabila dirasakan dan direspon sewajarnya oleh seseorang. Emosi positif sebenarnya saling berkaitan dengan kualitas kesehatan. Ini karena tubuh dan pikiran saling terhubung dimana perasaan positif terhadap hidup memberi efek kesehatan yang lebih baik.

Tetapi hal ini dapat dikatakan sebagai gangguan apabila perasaan-perasaan tersebut direspon secara berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Keadaan tersebut dapat menimbulkan hambatan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain dan terganggunya kesehatan mental yang berpotensi menurunkan kekebalan tubuh kita.

Menanggapi keadaan ini, Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) menghimbau agar masyarakat melakukan 3 hal sederhana berikut:

1. Posting hal positif, menyenangkan, dan memberikan harapan.
- Kirimkan atau siarkan pesan-pesan positif, menyenangkan, dan memberikan harapan (hal ini 
   termasuk untuk Media Massa)
- Carilah dan perbanyak informasi positif, menyenangkan dan memberikan harapan.
- Kurangi membaca berita atau informasi yang tidak dibutuhkan (kita tidak perlu mengetahui 
   semua hal, ibaratnya kita tidak perlu mengetahui pesawat yang sedang terbang itu akan ke 
   mana).
- Carilah sumber inspirasi yang menguatkan (misalnya ODP atau PDP yang mempunyai 
   ketangguhan menghadapi kondisinya.

2. Saling memberikan dukungan dan bantuan.
- Menjaga hubungan sosial (dengan tetap melakukan phsyical distancing) melalui media sosial.
- Saling memperkuat dukungan dan bantuan dalam keluarga.
- Saling memperkuat dukungan dan bantuan dalam komunitas/masyarakat.
- Saling memperkuat dukungan dan bantuan antar teman.
- Memperkuat kesadaran bahwa kita sedang bersama, tidak sendiri, menghadapi    bencana ini.
- Mencari dukungan tenaga profesional (antara lain Tenaga Psikologi - seperti Psikolog,  
   Psikiater, atau profesi lainnya) ketika mengalami perasaan tertekan, kecemasan, dan 
   lainnya (bila diperlukan).

3. Impikan bencana akan berakhir.
- Membangun sugesti positif pada diri sendiri.
- Melakukan relaksasi untuk meredakan tekanan emosi.
- Melatih emosi positif dengan mencari sisi baik dari situasi saat ini
- Meningkatkan religiusitas.
- Memperkuat harapan dan optimisme.
       - Memperkuat keyakinan bahwa diri kita bersama semua pihak mampu mengatasi 
         bencana ini. 

Disaat seperti ini dengan banyak nya perubahan dan pembatasan pelayanan publik dan perubahan penanganan di fasilitas kesehatan akan menghambat masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan fisik dan kesehatan mental. Namun hal ini tidak dapat menjadi alasan untuk meninggalkan pola hidup yang sehat. Kita tetap dapat menjaga pola hidup sehat seperti makan makanan yang bergizi, tidur cukup, olah raga teratur, dan melakukan kontak sosial dengan orang yang dikasihi di rumah dan keluarga atau teman di luar melalui telepon atau alat komunikasi lain.


Mengelola stres ketika #dirumahaja

Karena hati gembira adalah obat untuk kesehatan yang lebih baik, apabila harus tinggal dirumah, PDSKJI juga menyarankan beberapa cara agar kita dapat mengelola stres secara mandiri untuk meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga kualitas tidur dan meningkatkan pertahanan tubuh terhadap penyakit. Hal ini dapat dilakukan dengan manajemen stres sebagai berikut:

1. Carilah informasi seputar Covid-19 yang akurat dari sumber terpercaya (WHO, CDC,  
    Kementerian Kesehatan)
2. Tetapkan batas ambang asupan berita tentang Covid-19 yang kita butuhkan.WHO sarankan hanya 
    mencari informasi faktual agar dapat menyusun rencana dan melindungi diri serta orang yang 
    kita cintai
3. Jaga diri baik-baik. Fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Buatlah jadwal rutinitas 
    keseharian agar kehidupan lebih terstruktur namun tetap menyenangkan. Dengan demikian lebih 
    cepat beradaptasi pada normalitas yang baru ini.
4. Komunikasi dengan orang lain dan beri dukungan kepada ODP, PDP, dan penderita infeksi Covid-
    19 melalui WA/Telepon/SMS
5. Pertahankan optimisme, harapan, dan pikiran positif. Bahwa faktanya  penderita infeksi virus 
    Covid-19 ada yang bisa sembuh. Juga fokus pada Here and Now, jangan membayangkan hal-hal 
    yang di luar kendali kita.
6. Perhatikan apa yang kita rasakan. Lumrah jika merasa stres, cemas, kalang kabut, atau sedih. Yang 
    penting utarakan perasaan itu kepada orang yang bisa dipercaya. Bahkan luapkan melalui tulisan, 
    lukisan, atau ekpresi kreatif lainnya. Meditasi juga bisa menjadi medium.
7. Bagi yang mempunyai anak. Bicaralah tentang Covid-19 kepada anak. Mereka butuh jawaban 
    untuk bisa hadapi stres. Beri respon, dengan dan beri reassurance. Orang tua ceritakan juga cara 
    mereka mengendalikan stres sehingga anak bisa belajar dari orang tua.

Diharapkan, apabila setelah melakukan beberapa hal tersebut dan tidak berhasil, masyarakat dapat segera mencari dukungan tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater, misalnya dengan mengirimkan email   pertanyaan dan konsultasi seputar kesehatan jiwa kepada:            

pdskjijaya.covid19@gmail.com

Terutama jika terdapat pikiran/perilaku bunuh diri, perilaku kekerasan yang membahayakan, perilaku dan atau emosi yang tidak terkontrol untuk mendapatkan pendampingan psikososial bagi siapapun yang terdampak dari Covid-19. #dirumahaja #BersamaLawanCovid19


 Daftar Pustaka

1. Ombudsman Republik Indonesia. Dampak pandemi Covid-19 bagi penyelenggaran pelayanan publik. [Internet]. Ombudsman; 2020. Diunduh dari: https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--dampak-pandemi-Covid-19-bagi-penyelenggaraan-pelayanan-publik. Disitasi 16 April 2020.

2. Qiu J, Shen B, Zhao M, et al. A nationwide survey of psychological distress among Chinese people in the Covid-19 epidemic: implications and policy recommendations General Psychiatry 2020;33:e100213. doi:10.1136/gpsych-2020-
100213.


3. Redayani PLS. Gangguan cemas menyeluruh. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G,, editor. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ketiga. Jakarta: Badan penerbit FKUI; 2017. hal. 284-288.

4. Himpunan Psikologi Indonesia. Himbauan 3 hal sederhana (HIMPSI dan PDSKJI). [Internet]. HIMPSI; 2020. Diunduh dari: https://himpsi.or.id/blog/materi-edukasi-
Covid-19-5/post/himbauan-3-hal-sederhana-himpsi-dan-pdskji-95. Disitasi 16 April 2020.


5. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Infografis manajemen stres agar daya tahan tubuh tidak turun. [Internet]. PDSKJI; 2020. Diunduh dari: Instagram PDSKJIJAYA. Disitasi 16 April 2020.

6. Centers for Disease Control and Prevention. Stress and coping [Internet]. CDC; 2020. Diunduh dari: https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/daily-life-coping/
managing-stress-anxiety.html. Disitasi 16 April 2020.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Pals, Start to take care. of yourself. We can learn from the past yet still excited about the future but the important thing is live in the present.

Happy World Bipolar Day 2020!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Gambar diambil dari www.pexels.com

10 Cara Menjaga Kesehatan Mental Selain Minum Obat
Oleh : Vindy Ariella, S.Ked

Bagi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), minum obat merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan. Namun apakah minum obat menyelesaikan seluruh masalah? Belum tentu!

Pada dasarnya obat membantu ODGJ untuk meredakan gejala yang dirasakan, sehingga diharapkan dengan berkurangnya gejala, ODGJ dapat pulih perlahan dan kembali menjalani hidup dengan optimal. Namun dalam kehidupan kita, banyak masalah yang mungkin muncul kan. Seperti contoh, misalnya ODGJ sudah reda gejalanya, tetapi tidak bisa bekerja karena tidak memiliki skill tertentu atau jika sudah punya skill, sulit diterima kerja karena memiliki riwayat gangguan jiwa. Belum lagi masalah stigma yang diberikan oleh lingkungan bahkan keluarga sendiri. Selain itu masih banyak masalah lain seperti lingkungan yang kurang kondusif untuk mendukung ODGJ, kadang malah ODGJ berada di lingkungan yang toxic.

Untuk menghadapi masalah sehari-hari, perlu strategi tesendiri. Jika tidak bisa menghandle stress sehari-hari, ODGJ berpotensi untuk kambuh. Jika merasa tidak bisa mengatasi stres sendirian, cobalah minta bantuan orang yang dapat dipercaya atau mencari bantuan ahli seperti psikolog. Psikolog dapat memberikan psikoterapi untuk membantu ODGJ mencari solusi untuk masalah sehari-harinya. Baca lebih lanjut di https://www.bipolarcareindonesia.org/2019/04/selain-obat-bagaimana-cara-mengatasi.html untuk mengenal lebih lanjut jenis-jenis psikoterapi.

Selain psikoterapi, ODGJ juga harus menjaga kesehatan mentalnya dengan pola hidup yang baik. Bagaimana contohnya? Mari kita bahas bersama.

1.      Tidur Cukup
Kurang tidur dapat mempengaruhi suasana hati dan kesehatan fisik. Usahakan untuk tidur dengan durasi yang cukup (6-8 jam sehari), serta tidur dan bangun di jam yang sama setiap harinya. Jika masih merasa kesulitan tidur, coba terapkan “Sleep Hygiene”.


2.      Pola Makan Sehat
Usahakan untuk makan makanan sehat dan seimbang setiap harinya. Nutrisi memegang peran penting dalam pembentukan zat-zat kimia di otak. Dengan nutrisi yang cukup, maka kondisi fisik dan mental juga akan baik.

3.      Olahraga Cukup
Olahraga dapat mengeluarkan hormon bahagia yang dapat mengurangi stress. Jika dilakukan teratur, dapat mengurangi depresi dan perasaan tidak nyaman lainnya. Tidak perlu yang terlalu berat, berjalan kaki selama 30 menit sehari dapat dilakukan untuk permulaan.

4.      Meditasi Mindfulness
Meditasi sebenarnya bukan berarti semata-mata mengosongkan pikiran. Pikiran biasanya akan tetap muncul, namum kita bisa mencoba membiarkannya berlalu dan menjaga fokus kita pada pernapasan. Mindfulness sendiri merupkana konsep dimana yang menjadi fokus adalah detik ini, saat ini, sehingga tidak terbawa ke masa lalu atau masa depan. Banyak artikel mengenai mindfulness ini. Silakan cari referensinya.


5.      Berpikir dengan Bijak
Setiap manusia punya pikiran emosional dan rasional. Atau sederhananya logika dan perasaan. Nah perlu dilatih bagaimana bisa menyeimbangkan keduanya. Tak selalu harus berpikir yang positif saja. Sebuah peristiwa mungkin bisa memiliki sisi negatif yang tak bisa dihindari, karena itu rasional saja, tak perlu dipaksakan untuk merubahnya menjadi positif. Namun mencoba melihat sesuatu dari aspek yang lebih positif akan membantu kita berpikir lebih bijak. Jadi, cobalah perhatikan pikiran mana yang dominan dalam dirimu, dan coba membuatnya lebih seimbang serta bijak.

6.      Relaksasi atau Refreshing
Stress tidak bisa dihindari, namun bisa dikelola. Salah satunya adalah beristirahat sejenak dari rutinitas dan melakukan relaksasi atau refreshing agar pikiran dan tubuh bisa kembali segar, sehingga dapat menjalankan semuanya dengan optimal. Manfaatkan hari minggu untuk bersantai, me time, atau kegiatan menyenangkan lainnya.

7.      Hindari Alkohol, Rokok, dan Napza
Ketiganya memiliki potensi untuk memperburuk kondisi fisik maupun mental. Sebaiknya hindari ketiga hal tersebut. Jika sudah terlanjut mengkonsumsinya, kurangi pelan-pelan sampai bisa lepas, cari bantuan profesional jika perlu.

8.      Lakukan Kegiatan Bermanfaat untuk Orang Lain
Kadang kita terlalu fokus mengejar impian atau target untuk diri sendiri, sehingga lupa untuk bersosialisasi. Padahal, melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain dapat meningkatkan rasa berharga dalam diri dan manfaat positif lainnya. Coba untuk lakukan kegiatan sederhana yang bermanfaat bagi orang lain atau jika memungkinkan menjadi volunteer dalam sebuah organisasi/kegiatan.

9.      Bersyukur
Coba untuk mencatat hal apa saja yang dapat disyukuri setiap harinya. Buatlah ‘Gratitude Journal’ dan lihat manfaatnya. Selain membuat kita melihat hidup dari aspek yang lebih positif, bersyukur juga dapat menenangkan pikiran kita.

10.  Lakukan Hobi
Selain sibuk dengan kegiatan sehari-hari, jangan lupa untuk luangkan waktu untuk hobimu. Apapun itu, selama bermanfaat baik untuk dirimu, lakukanlah. Hal ini dapat membantu mengurangi stress.

Itulah 10 hal yang dapat membantu menjaga kesehatan mental selain obat-obatan. Mari sama-sama jaga kesehatan mental kita masing-masing. 






Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Bipolar Care Indonesia

Commercial Photography

Merupakan sebuah komunitas yang bergerak di bidang kesehatan jiwa, mewadahi orang dengan bipolar, caregiver-nya, dan siapa saja yang peduli dengan bipolar. Melakukan edukasi, dukungan, dan aktivitas dengan bimbingan profesional maupun mandiri.

Categories

  • Articles
  • Events
  • Gallery

Follow Us

  • Instagram
  • Facebook

Pages

  • Home
  • About
  • Apa Itu Bipolar ?
  • Referensi
  • Join Us

Blog Archive

  • Mar 2024 (1)
  • Nov 2023 (3)
  • Feb 2022 (1)
  • Jan 2022 (1)
  • Jun 2021 (1)
  • Oct 2020 (2)
  • May 2020 (6)
  • Apr 2020 (1)
  • Mar 2020 (1)
  • Feb 2020 (2)
  • Jan 2020 (1)
  • Dec 2019 (5)
  • Nov 2019 (1)
  • Oct 2019 (2)
  • Sep 2019 (4)
  • Aug 2019 (1)
  • Jul 2019 (1)
  • Jun 2019 (1)
  • May 2019 (4)
  • Apr 2019 (6)
  • Mar 2019 (2)
  • Feb 2019 (3)
  • Jan 2019 (3)
  • Dec 2018 (2)
  • Nov 2018 (3)
  • Oct 2018 (3)
  • Sep 2018 (9)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates