Powered by Blogger.
  • Home
  • About BCI
  • About Bipolar
    • Apa Itu Bipolar
    • Referensi
    • Articles
  • Events
  • Gallery
  • Join Us
facebook instagram

Bipolar Care Indonesia

 


Kikis Stigma Melalui Edukasi Kesehatan Mental

Gangguan mental berkontribusi sekitar 23 persen terhadap beban kesehatan mental dunia. Tingginya angka prevalensi gangguan mental berdampak kepada beban sosial dan ekonomi, terlebih hanya sekitar 10 persen yang mendapatkan penanganan professional. Masalah serius lainnya terkait gangguan mental adalah kentalnya stigma terhadap para penyintas.

Berdasarkan artikel analisis dari Fakultas Psikologi UGM berjudul “Literasi Kesehatan Mental dan Sikap Komunitas sebagai Prediktor Pencarian Pertolongan Formal” dikemukakan, gangguan mental merupakan salah satu tantangan kesehatan global yang memiliki dampak signifikan lantaran prevalensi yang tinggi serta penderitaan hebat yang ditanggung oleh individu penyintas, keluarga, komunitas, bahkan negara.

World Health Organization (WHO) menyatakan, pada 1990, gangguan mental dan neurologis berkontribusi sebesar 10 persen dari total Disability Adjusted Life Years (tahun yang dihabiskan seseorang dalam kondisi disabilitas), lantas pada 2000 menjadi 12 persen dan perkirakan meningkat hingga 15 persen pada 2020.

Sementara itu, mengacu kepada Riset Kesehatan Dasar, prevalensi gangguan jiwa berat nasional sekitar 1,7 per mil, artinya 1 – 2 orang dari 1.000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Angka bunuh diri di Indonesia juga terus meningkat hingga sempat mencapai 1,6 – 1,8 tiap 100.000 penduduk, kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja dan dewasa muda (15 – 24 tahun).

Adapun, stigma terhadap penyintas kesehatan mental merupakan perkara yang semakin memperkeruh kondisi di lapangan. Bahwa penggunaan layanan kesehatan mental kerap terhalang stigma kepada penyintas, ini datang baik dari diri individu sendiri maupun lingkungan sosial.

Stigma adalah persepsi negatif yang dikenakan kepada penyintas gangguan mental. Salah satu manifestasi stigma, yakni ketika penyintas gangguan mental justru dipasung dengan cara diisolasi dari masyarakat akibat rasa malu yang dirasakan internal keluarga.

Seluruh kondisi yang ada selayaknya menyadarkan berbagai pihak bahwa sudah saatnya penggunaan layanan kesehatan mental dibuat maksimal dengan cara mengedukasi agar masyarakat lebih sadar terhadap pentingnya mental health. Bahwa, mencari pertolongan profresional merupakan opsi yang wajar ditempuh bagi seseorang dengan gangguna mental, ini bukan kelemahan apalagi aib.

Salah satu faktor yang menghambat pencarian pertolongan formal terkait gangguan mental adalah rendahnya pengetahuan mengenai gangguan mental itu sendiri. Rendahnya pengetahuan ditunjukkan dari ketidakmampuan dalam identifikasi kesehatan mental yang dimiliki seseorang, atau konsepsi keliru mengenai gangguan mental sehingga orang cenderung mencari pertolongan informal.

Sudah saatnya kita menyadari dan mau mengakui pentingnya kesehatan diri secara holistik, termasuk di dalamnya adalah kesehatan mental. Kita juga perlu menyadari bahwa proses pemulihan memerlukan waktu, ini tak serupa garis lurus yang berjalan mulus.

Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental. Dan, Selamat Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2020. “Asking for help is a courageous step”

Oleh : Dinihari Suprapto
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 


There's Hope

Saat hidup berada diatas,
Semua terasa menyenangkan
Aku bisa tertawa terbahak-bahak
Bahkan terhadap hal yang tak lucu
Aku punya banyak ide yang berlomba2 didalam benakku untuk melakukan banyak hal
Aku merasa tidak butuh tidur
Aku banyak memberi barang untuk teman-temanku
Dunia terasa indah
seperti melihat langit yang biru cerah disertai awan berwarna merah muda
Aku merasa percaya diri, sanggup melakukan segala hal
Energiku bagaikan air laut yang tak pernah habis

Namun, setelah dipikir-pikir
Hidup itu lucu
Patut untuk ditertawakan
Karena ditengah-tengah itu,
Ada banyak tangisan yang tak terhitung jumlahnya
Hidupku kacau
Diriku kacau
Penuh dengan drama
Drama yang kubuat sendiri
Aku merasa seperti alien yang hidup di dalam roller coaster di bumi dan terjebak didalamnya

Aku takut ditolak
Aku takut kehilangan
Aku merasa kesepian
Aku merasa semua orang diam-diam tidak suka denganku
Aku benci perasaan ini
Rasa kehilangan dan duka
Rasa tidak berharga
Rasa tidak dicintai
Bahkan rasa penolakan terhadap diri sendiripun aku juga benci
Aku benci!

Aku lelah berjuang
Berkali-kali aku ingin menyerah
Bahkan mencoba menyerah terhadap hidup
Rasanya ini semua sudah mencapai limitku
Tak sanggup ku berkata apa-apa lagi
Kegelapan yang menghantuiku begitu pekat

Namun masih ada secercah cahaya didalam diriku
Cahaya itu membuatku percaya bahwa ada harapan untuk berubah
Ada harapan untuk menjadi lebih baik dan adanya hari yang cerah
Aku ada disini, aku bisa bertahan sampai detik ini
Semua bukan karena kehebatanku
Tapi karena ada cahaya yang berada didalam diriku
Cahaya itu adalah Tuhan.

Oleh : Olivia Fabrianne
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Bipolar Care Indonesia

Commercial Photography

Merupakan sebuah komunitas yang bergerak di bidang kesehatan jiwa, mewadahi penyintas bipolar, caregiver-nya, dan siapa saja yang peduli dengan bipolar. Melakukan edukasi, dukungan, dan aktivitas dengan bimbingan profesional maupun mandiri.

Categories

  • Articles
  • Events
  • Gallery

Follow Us

  • Instagram
  • Facebook

Pages

  • Home
  • About
  • Apa Itu Bipolar ?
  • Referensi
  • Join Us

Blog Archive

  • Feb 2022 (1)
  • Jan 2022 (1)
  • Jun 2021 (1)
  • Oct 2020 (2)
  • May 2020 (6)
  • Apr 2020 (1)
  • Mar 2020 (1)
  • Feb 2020 (2)
  • Jan 2020 (1)
  • Dec 2019 (5)
  • Nov 2019 (1)
  • Oct 2019 (2)
  • Sep 2019 (4)
  • Aug 2019 (1)
  • Jul 2019 (1)
  • Jun 2019 (1)
  • May 2019 (4)
  • Apr 2019 (6)
  • Mar 2019 (2)
  • Feb 2019 (3)
  • Jan 2019 (3)
  • Dec 2018 (2)
  • Nov 2018 (3)
  • Oct 2018 (3)
  • Sep 2018 (9)

Instagram

@bipolarcare.indonesia

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates