Photo by Liv Bruce on Unsplash |
Mengenal Gangguan Mood Paska Melahirkan
oleh : dr. Eduardo Renaldo
Setelah seorang wanita melahirkan, perasaan bahagia dan lega tentunya akan muncul karena perjuangan selama kehamilan yang panjang dan proses melahirkan akhirnya terlewati. Sang bayi yang telah lahir pun menjadi sebuah momen bahagia yang menyelimuti seorang ibu.
Namun, bagaimana bila perasaan bahagia tersebut tiba-tiba berubah menjadi perasaan sedih atau cemas berlebih? Kondisi inilah yang dinamakan dengan gangguan mood paska melahirkan/post partum.
Periode paska melahirkan merupakan waktu yang paling rentan dalam terjadinya perubahan mood yang serius. Gangguan perubahan mood paska melahirkan secara umum terbagi menjadi 3 kategori yakni: baby blues syndrome, depresi post partum, dan psikosis post partum yang ketiganya berbeda dalam prevalensi, klinis, dan tentu terapi.
Baby Blues Syndrome
Baby blues syndrome merupakan gangguan mood yang paling sering dijumpai pada seorang ibu paska melahirkan, dengan perkiraan angka kejadian sebesar 30-75%. Gejala muncul mulai pada beberapa hari setelah melahirkan, biasanya 3-4 hari dan menetap untuk beberapa jam hingga hari.
Beberapa gejala dari baby blues yakni:
- Mudah merasa sedih tanpa penyebab yang jelas
- Merasa cemas
- Merasa marah baik terhadap bayi barunya, pasangan nya, atau terhadap anak nya yang lain
- Memiliki gangguan tidur
- Memiliki gangguan makan
- Meragukan diri sendiri apakah dapat merawat bayi yang baru lahir tersebut atau tidak
Tidak ada pengobatan spesifik pada baby blues syndrome. Biasanya keadaan ini tergolong ringan dan dapat membaik dengan sendirinya dalam hitungan hari hingga 1-2 minggu. Dukungan orang sekitar seperti suami, keluarga, dan kerabat misalnya sangat diperlukan. Namun tidak menutup kemungkinan jika baby blues akan berkembang menjadi depresi paska kehamilan. Sebanyak 20% wanita dengan baby blues akan berkembang menjadi depresi mayor dalam 1 tahun paska melahirkan.
Depresi Post Partum
Depresi post partum merupakan salah satu gangguan mood yang juga dialami wanita setelah melahirkan. Terjadi pada 10-15% ibu setelah melahirkan, ibu dengan depresi post partum akan mengalami perasaan sedih berlebih, cemas, hingga rasa lelah yang menghambat mereka untuk melakukan aktivitas sehari-sehari.
Keadaan ini dimulai dalam kurun waktu 12 bulan setelah melahirkan, namun biasanya terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan. Dalam beberapa pedoman, depresi post partum tidak dibedakan dengan gangguan depresi mayor. Seorang ibu harus memiliki kedua kriteria baku yakni sesuai dengan kriteria gangguan depresi mayor dan paska melahirkan. DSM-5 mendefinisikan jika depresi paska kehamilan merupakan depresi mayor yang terjadi pada kehamilan yakni dalam 4 minggu paska melahirkan (walau beberapa pedoman mendefiniskan depresi paska melahirkan dimulai dalam waktu 12 bulan setelah melahirkan).
Depresi paska kehamilan tidak memiliki penyebab utama, melainkan beberapa faktor kombinasi. Faktor-faktor ini antara lain:
- Perubahan kadar hormon ketika setelah melahirkan di mana kadar hormon estrogen dan progesteron menurun dengan tajam setelah melahirkan. Keadaan ini dapat mencetuskan depresi sama seperti perubahan yang terjadi dalam kadar hormon yang mencetuskan perubahan mood ketika periode menstruasi.
- Riwayat depresi sebelumnya. Seorang wanita yang memiliki riwayat depresi kapanpun seperti pada saat sebelum, sedang, atau setelah melahirkan mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi paska melahirkan
- Faktor emosional, entah apakah itu merupakan anak yang diharapkan atau tidak, maupun penyesuaian seorang ibu dan keluarga dalam memiliki si buah hati. Hal ini memengaruhi bagaimana perasaan seorang ibu terhadap kehamilan serta bayi yang sedang dikandung nya.
- Kelelahan. Kebanyakan wanita merasa kelelahan setelah melahirkan. Dapat diperlukan hingga seminggu atau lebih untuk mendapatkan kembali ke kekuatan dan energi seperti semula. Hal ini dapat terjadi lebih lama bagi wanita yang mengjalani proses persalinan dengan cara operasi Sectio Caesarea.
- Lingkungan dan gaya hidup yang tidak mendukung seperti kurangnya dukungan keluarga, pindah ke kota yang baru, kehilangan seseorang yang dicintai dan lain nya.
Terdapat beberapa terapi untuk menangani depresi paska kehamilan seperti dengan minum obat-obatan yang disebut dengan obat antidepressant dan juga dengan terapi bicara yang kerap kali di kombinasikan dengan terapi obat.
Antidepressant merupakan obat-obatan yang bekerja untung menyeimbangkan senyawa kimia di otak yang mengatur mood/perasaan. Terdapat banyak macam obat-obatan antidepressant dan terkadang, selain membutuhkan waktu kurang lebih 3-4 minggu, obat tersebut juga kerap kali di kombinasikan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Antidepresant memiliki beberapa efek samping namun biasanya hanya sementara dan dapat hilang dengan sendirinya. Lalu bagaimana dengan wanita yang sedang menyusui? Apakah antidepressant tersebut dapat tercampur dengan ASI? American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG) menegaskan bahwa antidepressant memang tercampur bersama ASI ibu yang sedang menyusui namun hanya dalam kadar yang rendah dan tidak terlalu bermakna bagi perkembangan bayi. Menyusui sendiri juga memiliki banyak keuntungan bagi sang bayi. Oleh karena itu dengan menimbang antara keuntungan dan efek samping yang ditimbulkan dalam meminum obat antidepressant selama menyusui, perlu bagi Anda untuk konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Psikosis Post Partum
Psikosis post partum merupakan keadaan depresi yang sangat berat yang dicirikan dengan munculnya gejala psikotik seperti (halusinasi, ilusi, delusi/waham) dan memiliki keinginan untuk menyakiti buah hati nya tersebut. Selain beberapa gejala psikotik yang dapat muncul, gejala psikosis post partum yang timbul antara lain perubahan mood depresi dan elasi yang labil (berubah dengan cepat), insomnia, dan agitasi. Walapun jarang terjadi namun kejadian ini merupakan gangguan mood yang paling parah, dengan rata-rata 1-2 kejadian dalam 1000 kali melahirkan. Gejalanya muncul relatif cepat, yang terjadi 48-72 jam post partum dalam 2 minggu setelah melahirkan.
Sering dikaitkan dengan faktor biologis dan genetik, apabila ditelusuri, wanita yang mengalami psikosis post partum memang kebanyakan memiliki riwayat gangguan psikotik/bipolar terdahulu atau riwayat keluarga dengan gangguan bipolar sebelumnya. Jones & Craddock mengungkapkan bahwa kejadian psikosis post partum yang dialami wanita dengan gangguan bipolar yang melahirkan adalah sebanyak 260/1000 kelahiran kemudian pada wanita dengan gangguan bipolar yang juga memiliki riwayat keluarga dengan psikosis post partum sebanyak 570/1000 kelahiran. Hal ini dibandingkan dengan risiko pada populasi umum sebanyak 1-2/1000 kelahiran.
Munculnya gejala depresif seperti tidak mampu mengurus diri, menelantarkan, dan gejala psikotik halusinasi atau delusi pada psikosis post partum inilah yang menyebabkan sang ibu berisiko tinggi untuk menyakiti diri sendiri atau anaknya hingga muncul keinginan untuk bunuh diri. Keadaan ini merupakan salah satu kegawatdaruratan di bidang psikiatri dengan konsekuensi yang serius sehingga memerlukan deteksi dini dan penanganan yang cepat. Tidak jarang selain obat-obatan seorang wanita juga perlu untuk dirawat di rumah sakit karena memiliki risiko untuk menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
Setelah mengetahui beberapa tanda dan gejala dari gangguan mood post partum, merupakan hal penting bagi Anda, keluarga, dan kerabat terdekat anda yang mungkin menjadi orang pertama yang sadar terhadap gejala yang muncul. Segera hubungi dokter, psikiater, psikolog, atau bantuan medis lainnya guna mendapatkan penanganan yang tepat. Berbagai dukungan dan bantuan tersedia untuk Anda.
Daftar Pustaka
1. Stewart, D.E., Robertson, E., Dennis, C-L., Grace, S.L., & Wallington, T. (2003). Postpartum depression: Literature review of risk factors and interventions.
2. National Institute of Mental Health. Post Partum Depression Facts
3. ACOG: Postpartum Depression [Internet]. Diunduh dari: https://www.acog.org/Patients
/FAQs/Postpartum-Depression?IsMobileSet=false
4.Royal College of Psychiatrist: Postnatal Depression. [Internet] Diunduh dari: https://www.rcpsych.ac.uk/mental-health/problems-disorders/post-natal-depression
5.Royal College of Psychiatrist: Postpartum Psychosis. [Internet] Diunduh dari: https://www.rcpsych.ac.uk/mental-health/problems-disorders/postpartum-psychosis