Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2019 - Cegah Bunuh Diri !

by - 12:15 AM




Tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS). Tahun 2019 ini tema yang diangkat adalah mengenai pencegahan bunuh diri. Diambil dari WHO, tahukah anda bahwa 800.000 orang setiap tahunnya meninggal karena bunuh diri. Terdapat 1 orang yang bunuh diri setiap 40 detik, 90%-nya memiliki riwayat gangguan jiwa. Depresi dan ketergantungan alkohol merupakan faktor resikonya. Sepertiga kasus bunuh diri terjadi pada usia muda dan menjadi salah satu penyebab kematian usia muda yaitu antara 15-29 tahun. Di Indoneia sndiri belum ada angka prevalensi nasional. Menurut penelitian dikatakan bahwa angka bunuh diri di kota Jakarta pada tahun 1995-2004 mencapai 5,8/100.000 penduduk. Begitupun laporan dari WHO di tahun 2010 menyebutkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 % per 100.000 jiwa. Karena itu, isu bunuh diri sangatlah penting, bunuh diri dapat dicegah. 


Bagaimana cara mencegahnya? Kita sebagai manusia sosial, berinteraksi dengan banyak orang setiap harinya. Kenali jika ada rekan, kerabat, keluarga, atau siapapun disekeliling anda yang secara tidak langsung mengungkapkan keinginan untuk mengakhiri hidup seperti “kayaknya saya lebih baik tidak ada saja di dunia” atau “untuk apa saya hidup lagi”. Selain itu, beberapa hal yang menjadi perhatian adalah sebagai berikut : 



- Pembicaraan mengenai keinginan mengakhiri hidup.
- Pembicaraan mengenai rasa malu atau bersalah yang besar.
- Merasa menjadi beban bagi orang lain.
- Merasa hampa, tidak ada harapan, tertekan, dan tidak ada alasan untuk hidup.
- Sangat sedih, cemas, gelisah, atau marah.
- Rasa tertekan dan sakit secara fisik atau mental yang tidak dapat diatasi.
- Mencari tahu metode-metode bunuh diri.
- Menarik diri dari lingkungan, mengucapkan kata perpisahan.
- Membicarakan hal yang beresiko misalnya mengebut di jalanan.
- Mood / suasana hati yang berubah-ubah.
- Perubahan pola makan dan tidur.
- Menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol berlebihan. 


Faktor resiko bunuh diri antara lain : 


- Depresi atau gangguan jiwa lainnya termasuk penggunaan obat-obatan dan zat terlarang.
- Kondisi mental tertentu.
- Rasa nyeri kronis.
- Percobaan bunuh diri sebelumnya.
- Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.
- Riwayat bunuh diri dalam keluarga.
- Mengalami penganiayaan dan pelecehan termasuk dalam keluarga.
- Memilik senjata di rumah.
- Baru saja keluar dari penjara.
- Terpapar perilaku bunuh diri dari keluarga, lingkungan, atau selebriti. 



Jika seseorang yang anda kenal menunjukan tanda-tanda diatas, segera ajak ia untuk menemui ahli seperti psikiater dan psikolog. Bunuh diri tidak terjadi begitu saja, walaupun dapat juga bersifat impulsif. Biasanya didasari oleh masalah kejiwaan seperti depresi, bipolar, skizofrenia, gangguan kepribadian, dll. Sehingga penting untuk mengenali masalah kejiwaan dan menanganinya dengan bantuan ahli agar gangguan tersebut tidak semakin berat dan membuat yang mengalaminya memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup. 



Selain mengenali gejala bunuh diri, penting juga untuk mengetahui cara mencegahnya dan tidak menstigma mereka yang memiliki keinginan bunuh diri. Berikut yang dapat kita lakukan jika ada orang yang memiliki keinginan bunuh diri, selain mengajak ia ke ahlinya : 


- Jangan anggap sepele keinginan bunuh diri. 
- Dengarkan keluhan/curhatan masalahnya tanpa menghakimi dan memberi nasehat berlebihan. 
- Jauhkan lingkungan dari benda berbahaya. Jika memungkinkan, jangan ditinggal sendirian. 
- Membantu untuk mengajak beraktivitas sebagai bentuk pengalihan dari ide bunuh diri. 
- Tetap jaga hubungan dan menanyakan perkembangan kondisinya walaupun keinginan bunuh diri sudah tidak ada. 


Banyak juga mitos yang beredar mengenai bunuh diri, berikut mitos dan faktanya dikutip dari website doktersehat.com : 


Mitos: Membahas bunuh diri bisa mendorongnya. 
Fakta: Banyak orang mengkhawatirkan hal ini, namun tidak ada bukti yang mendukung ketakutan ini. Penting untuk berbicara secara terbuka tentang bunuh diri, baik untuk mendapatkan pertolongan jika Anda memiliki pikiran untuk bunuh diri, dan bertanya tentang pemikiran bunuh diri pada orang-orang yang dekat dengan Anda. Tanpa diskusi terbuka tentang bunuh diri, penderitaan tersebut mungkin terus terasa terisolasi, dan kecil kemungkinannya untuk mendapatkan bantuan. 

Mitos: Satu-satunya orang yang bunuh diri adalah mereka yang memiliki gangguan jiwa. 
Fakta: Pikiran dan tindakan bunuh diri menunjukkan adanya kesusahan dan seringkali keputusasaan dan ketidakbahagiaan. Pikiran bunuh diri dapat menjadi bagian dari gangguan mental namun tidak selalu. Banyak orang dengan penyakit jiwa tidak pernah memiliki perilaku bunuh diri, dan tidak semua orang yang melakukan bunuh diri memiliki penyakit jiwa. 

Mitos: Pikiran bunuh diri tidak pernah hilang. 
Fakta: Meningkatnya pikiran atau risiko bunuh diri bisa datang dan berjalan seiring situasi dan gejalanya bervariasi. Pikiran bunuh diri bisa kembali, tapi tidak permanen. 

Mitos: Orang yang bunuh diri bertekad mengakhiri hidupnya. 
Fakta: Orang-orang yang selamat dari usaha bunuh diri sering menyatakan bahwa mereka tidak ingin mati tapi tidak ingin terus hidup dengan penderitaan yang mereka rasakan. Mereka sering ambivalen tentang hidup atau mati. Setelah sebuah usaha, beberapa orang dengan jelas menunjukkan bahwa mereka ingin hidup terus, dan kebanyakan orang yang bertahan dalam sebuah usaha tidak akan mengakhiri hidup mereka nantinya. Akses untuk membantu pada saat yang tepat dapat mencegah bunuh diri. 

Mitos: Tidak ada peringatan untuk kebanyakan kasus bunuh diri. 
Fakta: Saat melihat ke belakang, kebanyakan orang yang melakukan bunuh diri menunjukkan beberapa tanda dalam hal yang mereka katakan atau lakukan dalam minggu-minggu sebelumnya. Beberapa kasus bunuh diri mungkin impulsif dan tidak direncanakan, namun ada tanda-tanda depresi, kecemasan, atau penyalahgunaan zat. Penting untuk memahami tanda-tanda peringatan itu. 

Mitos: Individu yang membahas bunuh diri tidak akan benar-benar melakukannya. 
Fakta: Orang yang berbicara tentang bunuh diri mungkin berusaha mencari pertolongan atau dukungan. Kebanyakan orang tidak nyaman membicarakan tentang bunuh diri, jadi mereka mungkin akan membawanya dengan bercanda atau begitu saja. Namun, penyebutan bunuh diri harus dilakukan secara serius dan dipandang sebagai kesempatan untuk membantu. Kebanyakan orang yang merenungkan bunuh diri mengalami depresi, cemas, dan putus asa namun mungkin tidak mendapat dukungan atau perawatan apapun. 

Mitos: Usaha bunuh diri hanyalah “teriakan minta tolong” atau cara untuk mendapatkan perhatian. 
Fakta: Usaha bunuh diri, bahkan yang “kecil” yang tidak memerlukan perhatian medis serius, merupakan tanda kesedihan yang ekstrem. Upaya bunuh diri harus dilakukan dengan serius dan merupakan alasan untuk menilai dan mengobati masalah kesehatan mental yang sedang berlangsung. 

Berikut data-data dan pamflet mengenai pencegahan bunuh diri dalam rangka HKJS 2019 : 




Sumber : 


You May Also Like

0 comments